Puisi: Tangis Mama di Tanah yang Dirampas

Oleh:Yulianus Kebadabi Kadepa Mama duduk di tanah yang tak lagi ramah, Di mana dulunya mama menanam, ubu, sayur-sayuran, menari, dan bernyanyi Langit masih biru, tapi seolah tak mendengar, Betapa hancur isi bumi yang mama cintai “Dulu burung bernyanyi dari pohon ke pohon,” Katanya pelan, “sekarang suara yang datang… Cuma mesin dan debu tambang.” Langit yang dulu jadi sahabat, Kini memandangnya dengan dingin, Seperti ikut diam Saat tanahnya dicuri Atas nama pembangunan Pemerintah Indonesia datang membawa kertas dan peta, Bukan kapak batu, bukan tifa suci Tak ada salam adat, tak ada minta ijin Hanya tanda tangan dan janji-janji kosong “Tanah ini kami beli,” kata mereka. Tapi siapa yang menjual? Siapa yang izinkan pohon sagu ditebang? Siapa yang berani serahkan leluhur kepada mesin? Mama hanya memeluk tanah dengan menangis, Tanah yang tak bicara, Tapi mengerti betul siapa pemilik sejatinya Anaknya pulang dari kota, Membawa pertanya...