Kata-kata Motivasi dari Ewanaibi: Tampil Seperti Angin Lewat

 

Dalam dunia berpikir 

Sebuah Refleksi dan Strategi Hidup Dalam Sunyi

Oleh Yulianus Kebadabi Kadepa 


Di era media sosial, eksistensi menjadi candu. Kita diajarkan untuk tampil, bicara, unjuk diri, dan berlomba mendapat validasi. Tetapi Ewanaibi menasehati saya  dari arah berlawanan. Ia bukan simbol kepengecutan, tapi strategi bertahan. Ia menyuarakan satu hal yang mulai hilang di zaman ini, dengan berkata Kebadabi ingat!“Tampil seperti angin lewat. Tra terlihat, tapi dirasakan.”

Bukan tidak ada, tapi tidak mencolok. Bukan tidak bergerak, tapi tidak bising. Itulah seni bertahan dalam dunia penuh mata, penuh jebakan, dan penuh orang-orang yang diam-diam ingin menjatuhkan.

Sombong Itu Umpan Maut

“Jagan sombong,” kabadabi kata Ewanaibi.
Sombong bukan cuma soal kata-kata tinggi. Ia bisa muncul lewat sikap, gaya hidup, pamer pencapaian, atau terlalu cepat tampil. Dalam hidup, terlalu cepat merasa "sudah jadi" adalah awal kehancuran.

Sombong mengundang pemburu. Sombong adalah suara gaduh di tengah hutan. Dan yang gaduh, biasanya cepat jadi sasaran. Kata-kata Ewanaibi memilih jalan sebaliknya: Kebadabi. Belajar diam. Belajar hening. Belajar sembunyi diri.

Karena menurutnya, perjalanan masih panjang. Kita belum apa-apa.
Masih terlalu dini untuk merasa hebat. Maka bijaklah menyembunyikan kuku. Tahan diri untuk tidak selalu ingin terlihat tajam. Hewan pun menyimpan taring saat berjalan di tanah berbahaya.

Dunia Ini Panggung Pemburu 

Ewanaibi tahu medan: “Banyak orang incar kita. Banyak orang berburu kita.” Bukan karena kita salah, tapi karena kita mulai terlihat.

Terkadang, tampil bukan berarti hebat logika tapi hanya menjadikan diri kita target yang lebih mudah. Dunia ini tidak selalu memberi ruang untuk yang cepat bersinar. Sering kali, yang menonjol duluan, dijatuhkan lebih dulu juga.

Maka, kalau hanya ingin panggilan pendek Saja silakan pamer, jual diri, bersuara lantang, tampil terus-menerus. Tapi kalau ingin benar-benar sampai ke tujuan, maka hari ini, mulailah berlatih sembunyi diri.

Strategi Bertahan: Diam Tapi Bergerak

Ewanaibi sekali lagi mengatakan nbahwa Kebadabi “Tampil seperti angin lewat.”

Ini bukan sembarang perumpamaan. Ini strategi hidup. Angin tidak terlihat, tapi semua tahu ia lewat. Kita tidak perlu menjadi pusat perhatian untuk memberikan dampak. Kita bisa bekerja, bertumbuh, dan memengaruhi proses tanpa harus jadi headline.

Inilah esensi dari kepemimpinan sunyi. “Tra terlihat, tapi dirasakan.” Itu artinya: biarlah hasil bicara. Biarlah dampak yang bersuara. Bukan ego. Bukan eksistensi semata.

 Licik dan Lincah: Cerdik Bukan Curang

Ewanaibi menyebut dua kata tak biasa: “Licik. Lincah.” Bukan dalam arti buruk. Tapi dalam makna: tahu kapan melangkah, tahu kapan mundur. Tahu membaca situasi. Tahu di mana kita berada. Tahu siapa yang mengintai.

Licik bukan culas, tapi waspada. Lincah bukan kabur, tapi adaptif. Hidup ini bukan cuma tentang berani, tapi tentang cerdas. Cerdas memilih momen. Cerdas memilih diam. Cerdas menyusun langkah sebelum bicara.

Kata-kata dan nasehat dari Ewanaibi ini, tidak sedang mengajarkan pengecut. Tapi mengajarkan seni menyembunyikan kekuatan sampai waktunya tiba.

Kalau Sudah Kelihatan? Siap Saja

“Kalau kelihatan, siap saja, pemburu dong tembak kita.” Ini peringatan keras. Terlihat bukan masalah. Tapi terlalu cepat terlihat lebih sebelum cukup kuat, sebelum punya pondasi tiang itu undangan untuk ditumbangkan. Banyak tokoh besar gagal bukan karena lemah, tapi karena terlihat terlalu cepat, terlalu tinggi sebelum waktunya.

Makanya, tampil itu pilihan. Tapi jangan semua hal kita bawa ke panggung.
Biarkan sebagian tetap di balik layar.
Biarkan sebagian hanya Allah dan bumi yang tahu. Itulah kekuatan sejati.

 Sunyi, Tapi Tiba

Ewanaibi adalah salah satu mahasiswa STFT Fajar Timur, ia adalah seorang penulis selalu tidak harus pujian, tidak ingin disorot. Ia menempuh jalan panjang dengan kepala tertunduk, tapi langkahnya konsisten. Ia tidak peduli dikenal siapa, yang penting dia tiba. "Yang diam belum tentu tidak bergerak.  Yang tidak terlihat, belum tentu tidak kuat."

Ewanaibi menasehati saya dengan cukup keras, Ewanaibi adalah peringatan. Bahwa tidak semua keberhasilan harus diumumkan. Tidak semua langkah harus disiarkan. Karena dalam diam, kadang kita lebih tahan. Dalam sembunyi, kita lebih utuh. Dan dalam sunyi, kita bisa benar-benar menyusun diri.


Wisma Tiga Raja Timika 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pastor Yance Wadogouby Yogi Memiliki Imam, Nabi, dan Raja di Jantung Papua yang Berdarah di Intan Jaya

Rencana Tuhan Pasti Indah pada Waktunya

Pater Yance Yogi Memiliki Keberanian