Jika Tuhan Ada, Mengapa Papua Terluka? Menemukan Harapan melalui Filsafat Proses Whitehead

 

Jika ada Tuhan mengapa ada kejahatan 


Oleh: Yulianus Kebadabi Kadepa 

Papua dan Luka yang Mendalam

Di tanah Papua adalah surga kecil di bumi seperti di surga yang penuh dengan kaya akan keanekaragaman budaya dan alam, menghadapi penderitaan yang mendalam dalam banyak aspek kehidupan. Konflik yang berkepanjangan, ketidakadilan sosial, kemiskinan, dan marginalisasi sosial, budaya, serta politik telah menjadikan tanah ini tempat yang terluka. Rakyat Papua sering kali merasa terpinggirkan oleh negara, mengingat ketimpangan yang sangat mencolok antara wilayah Papua dan wilayah lainnya di Indonesia, baik dalam hal ekonomi, pembangunan infrastruktur, pendidikan, maupun kesehatan.

Disini pertanyaan yang muncul secara mendalam dari situasi ini adalah, dengan judul buku Jika ada Tuhan Mengapa Ada Kejahatan ( Bri, 2008: 13-92) dalam buku ini penulis akan merangkul dengan pertanyaan-pertanyaan konteks di Papua"Jika Tuhan ada, mengapa Papua terlukai?" Apakah Tuhan tidak peduli dengan penderitaan masyarakat Papua? Mengapa Tuhan membiarkan ketidakadilan dan kekerasan terjadi dalam kehidupan masyarakat yang penuh penderitaan? Dalam menjawab pertanyaan tersebut, judul opini ini adalah Jika Tuhan Ada, Mengapa Papua Terluka? Menemukan Harapan melalui Filsafat Proses Whitehead memberikan sebuah perspektif yang memadukan filosofi proses Whitehead dengan konteks kehidupan di Papua.

Menghubungkan Filsafat Proses dengan Konteks Papua

Judul buku, Alfred North. Process and Reality: An Essay in Cosmology. New York: Free Press, 1929. Buku ini mengusung tema besar mengenai ketidakadilan dan penderitaan yang dihadapi oleh masyarakat Papua. Secara keseluruhan, buku ini menyajikan cara pandang filsafat proses Alfred North Whitehead dalam menjawab pertanyaan teologis tentang Tuhan dan penderitaan, dengan menggali apa yang terjadi di Papua.

Filsafat Proses Whitehead memandang dunia sebagai sebuah proses yang dinamis dan tidak statis. Dalam kerangka ini, Tuhan tidak hanya sebagai pencipta dunia yang terpisah, melainkan Tuhan terlibat secara aktif dalam proses dunia itu sendiri. Tuhan berproses bersama dunia, memberi kemungkinan untuk kebaikan meskipun dunia penuh dengan ketidakadilan dan penderitaan. Whitehead menyatakan bahwa Tuhan memiliki dua sifat utama: Tuhan sebagai Eternal (yang tidak berubah) dan Tuhan sebagai Creative (yang berproses dan terlibat aktif dalam dunia).

Dalam buku ini, pemikiran Whitehead diterapkan untuk memahami mengapa Papua terlukai, mengapa penderitaan terjadi, dan bagaimana harapan bisa ditemukan di tengah situasi yang penuh ketidakadilan. Papua dipandang sebagai bagian dari dunia yang juga berproses, dimana penderitaan yang dialami bukan semata-mata hasil dari ketidakadilan ilahi, tetapi merupakan bagian dari proses sejarah manusia yang penuh kompleksitas dan ketidaksempurnaan. Dengan demikian, dalam filsafat proses, penderitaan bukanlah akhir dari cerita, tetapi merupakan bagian dari perjalanan dunia menuju suatu kemungkinan yang lebih baik.

Buku ini kemudian menyelidiki bagaimana masyarakat Papua, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan, dapat menemukan harapan melalui pengertian bahwa Tuhan tidak hanya menciptakan dunia dan membiarkannya, tetapi terus mendampingi setiap langkah proses dunia ini. Tuhan adalah sumber kemungkinan, dan meskipun dunia ini penuh dengan ketidakadilan, melalui keterlibatan bersama dalam proses tersebut, perubahan menuju kebaikan tetap mungkin terjadi.

Tuhan, Penderitaan, dan Harapan bagi masyarakat Papua

Papua adalah wilayah yang penuh dengan paradoks. Sebagai tanah yang kaya akan sumber daya alam dan budaya, Papua seharusnya menjadi tempat yang sejahtera bagi penduduknya. Namun kenyataannya, Papua justru mengalami ketimpangan sosial yang luar biasa. Rakyatnya sering kali merasa tereliminasi, terabaikan oleh negara pusat, dan sering menjadi korban konflik yang tidak kunjung selesai. Ketika mempertanyakan mengapa Tuhan membiarkan penderitaan ini, kita perlu menyadari bahwa menurut filsafat proses Whitehead, dunia dan Tuhan tidak terpisah dalam arti yang mutlak. Tuhan berproses bersama dunia.

Dalam konteks Papua, penderitaan yang dialami masyarakat Papua bukanlah hasil dari ketidakpedulian Tuhan, melainkan akibat dari berbagai faktor manusiawi: keserakahan, kesalahan politik, dan ketidakadilan struktural. Penderitaan ini terjadi dalam konteks hubungan antar manusia yang tidak adil, dan bukan karena kehendak Tuhan yang tidak peduli. Tuhan, menurut Whitehead, adalah sumber dari kreativitas dan kemungkinan, yang bekerja dalam sejarah dunia melalui manusia, yang berproses bersama mereka menuju kebaikan.

Penderitaan yang dialami oleh Papua mengingatkan kita bahwa dunia ini belum sempurna. Namun, Tuhan tidak meninggalkan dunia dalam keadaan yang tidak dapat diperbaiki. Seperti dalam pemikiran Whitehead, Tuhan bekerja melalui setiap langkah dalam proses ini, dan melalui pemahaman ini, kita dapat menemukan harapan. Harapan ini tidak datang dari keyakinan bahwa Tuhan akan langsung mengakhiri penderitaan, tetapi datang dari pemahaman bahwa melalui keterlibatan bersama, dunia dapat bergerak menuju keadaan yang lebih baik.

Papua, meskipun dalam penderitaan, tetap memiliki kemungkinan untuk bertransformasi. Pemikiran Whitehead mengajarkan kita bahwa Tuhan memberikan harapan melalui dunia yang terus berproses. Oleh karena itu, perubahan menuju kesejahteraan dan keadilan di Papua, meskipun tampak sulit, bukanlah hal yang mustahil. Masyarakat Papua sendiri, bersama dengan masyarakat Indonesia lainnya, dapat berperan dalam mengubah situasi ini, bukan sebagai penerima pasif, tetapi sebagai agen perubahan yang aktif dalam proses panjang menuju kesejahteraan.

Menemukan Harapan dalam Proses: Apa yang Bisa Dilakukan?

Harapan dalam konteks Papua dapat ditemukan jika kita melihat bahwa penderitaan tidak selalu harus berakhir dalam kekalahan. Dalam filsafat proses Whitehead, dunia ini tidak pernah berhenti berproses, bahkan dalam kesulitan dan penderitaan. Dengan menyadari bahwa Tuhan tidak meninggalkan dunia, melainkan terlibat dalam setiap langkahnya, kita dapat menemukan harapan dalam usaha-usaha kolektif untuk memperbaiki keadaan.

Langkah pertama adalah mengubah pola pikir kita tentang ketidakadilan dan penderitaan di Papua. Kita perlu melihat penderitaan ini sebagai bagian dari proses yang harus dihadapi dan diperbaiki. Oleh karena itu, keterlibatan aktif dalam usaha mewujudkan keadilan sosial, memperbaiki infrastruktur, meningkatkan pendidikan, dan memberikan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan menjadi sangat penting.

Kita juga perlu menyadari bahwa perubahan membutuhkan waktu. Proses ini bisa jadi panjang, penuh tantangan, dan penuh ketidakpastian, namun melalui komitmen bersama, harapan tetap ada. Tuhan, sebagai sumber kreativitas, memberikan kita potensi untuk terus bergerak ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini, harapan muncul bukan hanya sebagai respons pasif terhadap penderitaan, tetapi sebagai tindakan aktif untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan sejahtera.

Dengan demikian, Jika Tuhan Ada, Mengapa Papua Terluka? Menemukan Harapan melalui Filsafat Proses Whitehead menawarkan perspektif yang mendalam tentang hubungan antara Tuhan, penderitaan, dan harapan. Melalui pemikiran Whitehead, kita diajak untuk melihat penderitaan di Papua tidak sebagai takdir yang tidak dapat diubah, tetapi sebagai bagian dari dunia yang terus berproses menuju perbaikan. Tuhan tidak hanya menciptakan dunia, tetapi juga aktif terlibat dalam proses perubahan. Dengan pemahaman ini, kita diingatkan bahwa harapan untuk Papua bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, tetapi sesuatu yang perlu diwujudkan melalui usaha kolektif untuk menciptakan perubahan yang lebih baik.


Wisma Tiga Raja Timika 

Rujukan Buku 

Whitehead, Alfred North. 1929. Process and Reality: An Essay in Cosmology. New York: Free Press, 

Bria Emanuel. 2008.  Jika Ada Tuhan Mengapa Ada Kejahatan, Percikan Filsafat Whitehead, Yogyakarta: Kanisius 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pastor Yance Wadogouby Yogi Memiliki Imam, Nabi, dan Raja di Jantung Papua yang Berdarah di Intan Jaya

Rencana Tuhan Pasti Indah pada Waktunya

Pater Yance Yogi Memiliki Keberanian