Humoniora: Filsafat Kesehatan Manusia Papua
*Yulianus Kebadabi Kadepa
Kebanyakan orang tidak kenal dengan kata “humoniora”, mungkin sebagian orang pernah baca atau ketemu sebuah naskah buku atau pengalaman. Kata diatas ini tidak pernah digunakan atau dipakai dalam bahasa sehari-hari dalam kehidupannya. Tetapi “humoniora” memiliki hubungan erat dengan eksekutif kalangan intelektual yang menghidupkan kembali sebagai jati diri bangsa dan manusia.
Arti “humoniora” menurut asal-usulnya menjelaskan bahwa dalam konteks bahasa asing banyak istilah yang di pakai. Jika kita melihat dalam bahasa Indonesia, bahasa yang miskin sehingga kata humoniora mengambil dari istilah-istilah ilmiah dari bahasa inggris yang dipakai adalah himanitis, humaniora dan diartikan dalam secara lengkap adalah bahasa Latin, harafiahnya humoniora (bentuk jamak) berarti “hal-hal yang lebih pada manusiawi” dan di lihat dari humanus (adjektive, tunggal) yang artinya “manusiawi”, dengan komparatifnya humanior (tunggal) yang berarti “lebih pada manusiawi”. Kata humanus berasal dari homo (tunggal) homines (jamak), nomina yang berarti “manusia”.
Kata humoniora memberikan makna bagi manusia secara menyeluruh dari asal usulnya. Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki integritas subjektif berdasarkan pengalaman hidup. Dalam kamus besar bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata humoniora adalah ilmu yang dianggap bertujuan membuat manusia menjadi lebih manusiawi, yang lebih pada berbudaya, teologi, filsafat, ilmu hukum, ilmu sejarah, filologi, ilmu bahasa, kesusastraan, dan ilmu-ilmu kesenian. (K. Bertens 2018, halaman 1-2)
Namun pada kali ini penulis menguraikan tentang terlebih khusus manusia itu sendiri. Pada umumnya manusia menjadi memanusiakan sangat sulit tercapai dengan tindakan nyata. Secara sistematik relevan di Papua kebanyakan masyarakat manusia Papua sangat di sayangi karena Kesehatan yang tidak efektifitas. Hal ini terjadi menculiknya sebab akibat antara pemerintah dan masyarakat dan masyarakat, dan masyarakat. Hal ini menyebabkan kemenangan pribadi seseorang yakni kepentingan sistem ideologi Papua.
Tentu saja manusia Papua akhir-akhir ini banyak orang meninggal penyebabnya belum diketahui oleh Tim medis yang selalu mempertahankan nyawa demi kemanusiaan orang Papua. Apakah kebanyakan manusia orang Papua meninggal tanpa syarat itu penyebab dari kotak senjata antara TNI/PORLI dan OPM? Ataukah penyebab dari Negara sistem ideologi? Atau Tim Medis yang tidak melayani dengan baik kepada masyarakat manusia orang Papua?
Kejadian yang terjadi di Papua tampa ketahui seseorang manusia baik itu keluarga maupun masyarakat Papua. Hal ini segeralah menyelesaikan kepada pemerintah Indonesia baik itu tingkat Negara, Provinsi maupun Kabupaten agar kesehatan dan pembunuhan masyarakat manusia Papua hidup dalam damai. Solusinya adalah dialog antara pemerintah pusat tingkat Provinsi dan Kabupaten supaya menyelesaikan hal kemanusiaan di atas tanah Papua, terlebih khusus kesehatan manusia.
Dalam bukunya Dr Neles Kebadabi Tebai Dialog Jakarta-Papua sebuah perspektif Papua berisi 53 halaman menjelaskan tentang megambil perspektif tentang dialog interaktif intelektual adalah solusi menyelesaikan masalah kemanusiaan, kesehatan dan keselamatan manusia bagi orang Papua.
Solusinya humaniora sebagai warisan realisme adalah masa dimana peralihan antara Abad dan zaman Modern seperti yang ketahui adalah tiga periode: Zaman Kuno, Abad pertengahan, dan Zaman Modern.
Renaisans dalam bahasa ( Italia: rinascimento; Prancis: renaissance) berarti “ kelahiran kembali” kelahiran kembali yang dimaksud di sini adalah kejahatan dan pembunuhan serta kesehatan manusia diatas tanah Papua. Penulis mengajak kepada seluruh masyarakat Papua harus waspada terhadap kesehatan manusia Papua karena semuanya sistem.
Akhir-akhir ini penulis melihat bahwa manusia Papua terjadi sistem diskriminasi terhadap pemerintah dan masyarakat Papua untuk mencari kepentingan seorang intelektual yang mempermainkan sistem sendiri diatas tanah Papua yang di korban adalah masyarakat Papua yang tidak punya apa-apa.
Dengan demikian penulis mengajak kepada seluruh masyarakat orang Papua harus melakukan kedamaian sosial agar kesehatan manusia Papua terjaga. Kesehatan manusia Papua ibarat dengan “binatang yang mati” dari pandangan perintah Indonesia dengan tujuan untuk menguasai hak milik manusia Papua, sehingga sistem yang mempermainkan masyarakat Papua agar masyarakat Papua semakin habis melalui, ekspor dan impor makanan, yang ditemui oleh masyarakat di kios-kios yang ada di Papua. Hal itu tidak semua kios yang ada di Papua.
Kesehatan manusia Papua dalam sistem negara sehingga di tempat kota maupun pelosok melayani kesehatan tidak efektif. Kesehatan manusia Papua di pedalaman tidak mendapatkan pengobatan sehingga pemerintah Indonesia tetap optimis untuk mengambil keputusan dan kebijakan. Di pedalaman tidak mengetahui kematian banyak orang jumlah yang mati. Kita melihat secara nyata di kota banyak orang meninggal, pembunuhan. Yang korban mesti membutuhkan pengobatan di rumah sakit ada di atas tanah Papua namun, harga pengobatan sangat mahal di rumah sakit di Papua.
Hal ini menyebabkan kematian, pembunuhan masyarakat orang Papua mati bodoh-bodoh. Ingat bahwa manusia Papua tidak semua orang kaya, namun dalam hidup keseharian mereka hidup dari hasil olahan tanah, pendapatan mereka hanya satu hari tidak sampai Lima puluh ribu. Hasil penjualan yang mereka dapatkan tidak mencapai kehidupan berkeluarga, apa lagi biaya pengobatan kesehatan manusia Papua sangat mahal karena sistem.
Sistem yang mempererat kesehatan manusa Papua adalah sistem ideologinya. Membangun memelihara kesehatan manusia Papua harus segera menyelesaikan dengan kedua belah pihak pemerintah maupun masyarakat Papua agar tidak terjadi kesalahpahaman masalah kesehatan.
Kesehatan sangat penting daripada kejahatan, kejahatan lebih penting daripada pembunuhan, pembunuhan lebih penting daripada kesehatan jangan menjadikan kesehatan manusia seperti binatang.
Solusinya untuk menyelesaikan kesehatan manusia Papua yang terjadi kematian dimana-mana melalui dialog Jakarta Papua gunakan menyelesaikan kesehatan manusia Papua secara damai. Dialog sangat penting dalam konteks masyarakat lokal sehingga melalui proses kehidupan masyarakat tercipta damai.
Kesehatan pada umumnya penting bagi manusia sehingga pemerintah Indonesia memperhatikan dengan keseriusan konflik kesehatan di atas tanah Papua. (*)
)* Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi “Fajar Timur” (STFT FT) Abepura-Papua.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens. K. 2018. Pengantar Filsafat,
Yogyakarta: Kanisius, Tebay Neles, 2011. Dialog Jakarta-Papua Sebuah Perspektif Papua, Jakarta: SKP Jayapura,
Komentar
Posting Komentar