Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

Menjaga Bara, Menyalakan Harapan

Gambar
  (Gertak-Gerakan Tungku Api Keuskupan Timika) Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa  Jayapura, Kamis, 24 Juli 2025, Momen syukur atas dimulainya persiapan dan perkenalan awal menjelang Peresmian Wisma Tiga Raja Timika yang baru di Jayapura, Papua, menjadi langkah penting dalam perjalanan iman dan kebersamaan orang muda Katolik asal Keuskupan Timika. Wisma ini akan diresmikan secara resmi pada 22 Agustus 2025 mendatang, namun sejak kini, semangatnya sudah mulai menyala. Lebih dari sekadar seremoni, peresmian ini akan menjadi tanda awal: hadirnya rumah bersama, tempat bertumbuh, berbagi, dan bergerak dalam terang kasih Kristus. Sebuah ruang yang mempertemukan semangat muda dalam pelayanan dan pengutusan. Dalam suasana penuh syukur ini, digelar pula pertemuan perdana berupa latihan lagu bersama. Kegiatan ini mempertemukan para frater KeTi, serta saudara-saudari dari berbagai komunitas Katolik seperti Asrama Katolik Tauboria, Astrinurjaya, Wisli, STPK, dan juga para OMK Keuskupan Timika...

Gerakan Tungku Api

Gambar
  (Misi dan Implikasinya bagi Pastoral Keuskupan Timika) * Yulianus Kebadabi Kadepa Gerakan Tungku Api adalah suatu gerakan bersama dalam membangun keluarga dan masyarakat asli Papua. Gerakan ini dilatar belakangi oleh dinamika hidup masyarakat yang hidupnya tidak sesuai dengan nilai-nilai hidup manusia. Atas dasar Gerakan Tunggu Api Keluarga ini dimulai sejak berdirinya gereja Keuskupan Timika, yang diangkat oleh Mgr. John Philip Saklil Pr. Tujuannya untuk mengajak seluruh umat keuskupan Timika agar menghidupkan kembali nilai-nilai spiritual. Semboyan/istilah ini mengangkat gambar spiritual dan jasmani bagi kehidupan manusia sehari-hari. Gerakan Tungku Api Keluarga ini mau mengajak juga kepada komunitas dalam mewarisi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam arti, keluarga sebagai komunitas yang harus benar-benar hadir di dalam hidup manusia terlebih khusus keluarga dan komunitas umat beriman Kristiani. Gerakan Tungku Api itu sendiri adalah memelihara dan menghidupkan keluarga sebagai komun...

Jejak Kertasmu Tak Pernah Hilang: Refleksi atas Kerinduan terhadap Pater Neles Kebadabi Tebai dalam Konteks Dialog Papua-Jakarta

Gambar
  Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa  Di tengah dinamika sosial-politik Indonesia yang terus berubah, terutama dalam relasi antara Papua dan Jakarta, terdapat figur-figur tertentu yang meninggalkan warisan intelektual dan moral yang melampaui batas waktu dan struktur kekuasaan. Mereka hadir bukan hanya dalam tubuh dan suara, melainkan melalui gagasan tertulis yang menyuarakan realitas yang kerap diabaikan. Salah satu tokoh penting dalam konteks ini adalah almarhum Pater Neles Kebadabi Tebai adalah seorang imam Katolik, penulis produktif, dan pelopor dialog antara Papua dan pemerintah pusat di Jakarta. Apa yang ditinggalkan Pater Neles bukan sekadar kumpulan tulisan, melainkan jejak kertas yang menyimpan denyut nurani masyarakat Papua. Melalui narasi yang jujur, reflektif, dan penuh keberanian, ia menulis bukan sebagai akademisi netral, melainkan sebagai saksi sejarah dan bagian dari penderitaan kolektif rakyatnya. Dalam tulisannya, ia mengangkat luka kolonialisme internal, ketimpa...

“Jangan Jual Tanah!”: Seruan Gereja dan Refleksi atas Identitas, Martabat, dan Masa Depan Papua

Gambar
  Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa  Seruan Gereja Katolik Keuskupan Timika agar masyarakat adat di Papua tidak menjual tanah mereka bukan sekadar pernyataan moral, melainkan panggilan profetik yang menyentuh inti eksistensi manusia Papua. Di tengah derasnya arus kapitalisme global, ekspansi infrastruktur, serta gencarnya investasi berskala besar yang menyasar Tanah Papua, seruan ini lahir sebagai bentuk keprihatinan mendalam sekaligus perlawanan terhadap ancaman yang menggerus identitas, martabat, dan keberlanjutan hidup masyarakat adat. Bagi Gereja, tanah di Papua tidak bisa dipandang semata sebagai aset ekonomi atau objek properti yang bisa dipindah-tangankan. Tanah adalah lambang kehidupan, sumber kesejahteraan, dan ruang sakral yang menyatukan manusia dengan leluhur, alam, dan Penciptanya. Tanah adalah tempat berlangsungnya sejarah, tempat lahirnya tradisi, dan ruang ekspresi budaya yang diwariskan lintas generasi. Dalam pandangan budaya Papua, tanah adalah mama disebut deng...

Menanam Daun Ubi Harapan dalam GERTAK: Gerakan Tungku Api Keuskupan Timika dan Relevansinya dalam Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Papua

Gambar
( Refleksi atas Warisan Pastoral Almarhum Uskup John Philip Saklil) Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa  Tanah Papua adalah tanah yang kaya, bukan hanya karena kekayaan alamnya, tetapi juga karena nilai-nilai budaya dan spiritual yang telah hidup ratusan tahun dalam masyarakatnya. Dalam konteks Papua, daun ubi bukan hanya sekadar tanaman pangan, melainkan simbol kehidupan, harapan, dan kesinambungan antar generasi. Almarhum Uskup John Philip Saklil, sebagai gembala yang sangat mencintai tanah dan umat Papua, menangkap makna ini secara mendalam dan melahirkan sebuah gerakan pastoral yang membumi dan kontekstual: GERTAK, Gerakan Tungku Api Keuskupan Timika. Melalui GERTAK, Uskup Saklil mengajak umat untuk kembali menyalakan tungku api keluarga, menanam daun ubi sebagai simbol kedaulatan dan harapan hidup, serta menjadikan nilai-nilai budaya sebagai bagian dari pewartaan Injil. Refleksi ini merupakan refleksi atas warisan pastoral uskup, dan bagaimana gerakan sederhana ini tetap relevan ...

REVISI NASKAH BUKU PAROKI KRISTUS JAYA WAMENA KAPELA MARIA NINAGOSA KRING POTIKELEK

Gambar
  Oleh: Gabriel Huby  Tim inisiator, kembali melakukan kegiatan revisi naska buku untuk dua kapela yakni kapela “Maria Ninagosa” Potikelek dan kapela “Bunda Maria” Klimasom, pada hari ini sabtu 12 Juli 2025 bertempat di Halaman kapela. Kegiatan tersebuat menghadirkan sejumlah tokoh, orang tua dan kaum muda yang merupakan tokoh kunci perjalanan berdirinya dua kapela tersebut guna melakukan koreksi dan validasi terhadap substansi naskah itu. Meskipun Sebagian umat dari dua kapela beralangan hadir namun dari beberapa yang hadir merupakan figure sentral dalam sejarah berdirinya kapela Potikelek maupun kapela Klimasom sehingga keterlibatan mereka sangat berarti dan menentukan. Diskusi dibuka dengan makan siang bersama. Kegiantan ini merupakan kelanjutan dari pengambilan data dan wawancara yang pernah dilaksanakan dua tahun sebelumnya. Dalam diskusi, masing-masing saling mendengarkan dan memberi masukan sehingga proses diskusi berjalan lancar, hikmat dan damai. Disamping koreksi ...

Gerakan Tungku Api: Tradisi Gerejawi dalam Menjaga Tanah dan Identitas Orang Papua

Gambar
  (Refleksi atas Gerakan Tungku Api, Keuskupan Timika, Tanah Papua, Identitas Budaya, Tradisi Gerejawi, Ekopastoral) Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa  Gerakan Tungku Api merupakan sebuah inisiatif tradisional dan spiritual yang diwariskan oleh almarhum Mgr. John Philip Saklil, Uskup Keuskupan Timika. Gerakan ini bertujuan menjaga dan memperkuat hubungan orang Papua dengan tanah sebagai warisan leluhur, sekaligus menolak praktik penjualan tanah yang semakin marak terjadi. Refleksi ini bertujuan menganalisis makna simbolik, nilai-nilai budaya dan religius, serta peran gereja dalam membina kesadaran ekopastoral melalui Gerakan Tungku Api. Dengan menekankan pentingnya menghidupi tanah daripada menjualnya, gerakan ini menjadi alat penting dalam menjaga identitas budaya dan keberlangsungan hidup masyarakat Papua. Bagi masyarakat adat Papua, tanah merupakan sumber kehidupan, identitas budaya, serta warisan leluhur yang tidak ternilai harganya. Tanah tidak hanya dipahami sebagai aset ek...

GERAKAN TUNGKU API: WARISAN HIDUP DARI KEUSKUPAN TIMIKA

Gambar
  (Refleksi Pastoral dalam Terang Ensiklik Laudato Si’) Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa  Gerakan Tungku Api adalah sebuah warisan luhur yang lahir dari semangat dan keteladanan Uskup Keuskupan Timika yang telah berpulang, Mgr. John Philip Saklil. Uskup Jhon bukan hanya seorang pemimpin Gereja, tetapi seorang gembala sejati yang menanamkan nilai-nilai kehidupan yang berakar pada tanah, kerja, dan keluarga. Dalam salah satu pesannya yang paling dikenang, almarhum Jhon berkata: " Jangan pernah jual tanah. Hiduplah dari hasil olah tanah. Jika kita menjual tanah, maka kita sesungguhnya sedang menjual anak cucu kita." Kata-kata ini adalah warisan profetis yang relevan bagi setiap generasi Papua dan bahkan seluruh dunia. Ini adalah panggilan moral untuk kembali hidup berdasar pada martabat, kemandirian, dan keberlanjutan. Gerakan Tungku Api adalah gerakan hidup yang menyala dari dalam, menyatukan spiritualitas, kerja keras, dan cinta tanah air. Meneladani Jejak Orang Tua dan Leluhu r...

PERNYATAAN AKSI DAMAI: SOLIDARITAS PANIAI SE-INDONESIA PANIAI, JUMAT, 11 JULI 2025

Gambar
  Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa  Dalam semangat solidaritas dan kepedulian terhadap masa depan Kabupaten Paniai, mahasiswa/i dan masyarakat adat dari seluruh Indonesia menyatakan sikap melalui aksi damai ini. Aksi ini adalah bagian dari hak konstitusional rakyat untuk menyuarakan aspirasi, sebagaimana dijamin dalam Pasal 28 dan 28E Ayat (3) UUD 1945: “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.” Penolakan Terhadap Kebijakan Merugikan Kami menolak keras kebijakan dan proyek berikut:  1. Pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) seperti: Kabupaten Deleme Jaya, Kabupaten Paniai Timur. 2. Operasi perusahaan tambang ilegal (PT. Ilegal) tanpa izin resmi dan tanpa persetujuan masyarakat adat. 3. Pengembangan pariwisata yang tidak melibatkan masyarakat lokal dan mengancam budaya serta lingkungan. 4. Kehadiran pos militer (organik dan non-organik) yang tidak berizin dan tidak sesuai kebutuhan masyarakat adat. Dampak Kebijakan dan Proyek yang Dit...

Aksi/Demonstrasi lort Mars Paniai, Jumat 11 Juli 2025

Gambar
  Solidaritas mahasiswa/i peduli paniai se Indonesia menggelar aksi damai dalam rangka menuntut dan menolak DOB, PT. Ilegal, pariwisata, dan pos militer dan atau pos kamling. Yang sedang di beroperasi dan akan beroperasi di kabupaten Paniai Tampa izin masyarakat setempat atau masyarakat adat. Yang mengakibatkan terjadinya. *Genosida *Etnosida  *Ekosida  Dan beberapa dampak yang sangat signifikan terhadap rakyat Paniai dengan akibat yang timbul dari pt. Ilegal pemekaran atau DOB dan pariwisata.  Eksploitasi sumber daya alam, Ekploitasi sumber daya manusia, Yang jelas menimbulkan rasisme terhadap rakyat, keluarga, pam, dan satu sama yang lain. Dan danau Paniai mengakibatkan danau Paniai menjadi limbah industri kimia, dan dampak negatif yang tidak menguntungkan rakyat Paniai itu sendiri. Maka mahasiswa dan masyarakat tegas bawah kami tidak mau membangun sistem oligarki politik dengan kekuasaan dalam kita dengan dalam satu honai. Artinya satu kabupaten Paniai sebagai ra...

PRAKTIK PENELITIAN MAHASISWA STFT FAJAR TIMUR ANGKATAN 55, PAROKI SANTO. WILIBRODUS ARSO-KEUSKUPAN JAYAPURA

Gambar
  Tema: Pemahaman dan Persepsi Umat Katolik Paroki St. Wilibrordus Arso tentang Gereja Misioner dan Partisipatif dalam Menyongsong Sinode Keuskupan Jayapura Tahun 2026. Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa  Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur Jayapura, Angkatan 55, telah melaksanakan kegiatan Praktik Penelitian Lapangan (PPL) di Paroki St. Wilibrordus Daiget-Arso, Keuskupan Jayapura. Kegiatan ini berlangsung dari 11 Juni hingga 3 Juli 2025 dan merupakan bagian integral dari formasi teologis dan akademik dalam semangat Gereja Sinodal, guna menyongsong Sinode Keuskupan Jayapura Tahun 2026. Kegiatan ini diawali dan diakhiri dengan sambutan hangat oleh Pastor Paroki Kris Bidi, SVD, yang mewakili umat dalam menerima rombongan mahasiswa. Dari pihak kampus, ucapan terima kasih disampaikan oleh Pastor. David Dapi, OFM dan Dr. Bernardus Renwarin, M.Si, serta perwakilan mahasiswa, Yulianus Kebadabi Kadepa. Acara dan penelitian pembukaan. Latar Belakang Lokasi Peneliti...