Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

Puisi: Keindahan Alamku Papua

Gambar
  Di Pantai Yonsu  Oleh: Gertak Kebadabi Kadepa  Di balik gunung Siklop yang megah, Tersembunyi pantai Yonsu yang indah, Berbatu-batu berselimutkan embun pagi, Ombak menari, memukul pinggiran pantaii Bersenandung bersama derunya ombak, kami berkumpul sebagai keluarga hendak  Menelusuri jejak kenangan, meski waktu terbatas, Bersama di antara langit gunung, dan laut yang luas, Menciptakan kisah yang tak kan pernah terlupakan. Gunung Siklop berdiri teguh, Melindungi bumi Papua dengan anggun, Menelusuri hilir kali, laut dan hempasan pantai, mengandung  Tentang kebersamaan yang tak ternilai harganya. Di sudut desa Yonsu, alam menyapa penuh damai, Mengajarkan arti kesederhanaan, Inilah tanah Papua, tanah yang kaya, Tempat kami bersatu, dalam keindahan yang abadi. Wisma Tiga Raja 

Ilustrasi Harian Dari Terjun Waimaga

Gambar
“Kipas meniup menyegarkan kulit, terasa tentram dalam jiwaku.” Terjun Waimaga  Oleh: Yulianus Kebadabi Kadepa  Ada saat di mana dada ini terasa berguncang hebat. Jiwaku seperti robek, tubuhku lelah, seolah dirasuki oleh rasa bersalah yang tak kunjung usai. Aku teringat pada masa-masa indah yang pernah kujalani masa janji, masa harapan. Tapi justru kenangan itu menusukku seperti panah yang melesat tepat ke jantung. Aku mencoba menyusun kembali hati yang hancur, berharap bisa menenangkan badai dalam diriku. Tapi semua itu justru membangun dinding tinggi dalam jiwaku dinding yang tak bisa kutembus dengan kekuatan sendiri. Kulepaskan segalanya dan memilih berlari. Sejauh mungkin. Seratus kilometer ku tempuh, tapi bukan ketenangan yang kutemukan. Tubuhku makin rusak, napasku makin berat, dan hatiku tetap tak damai. Sampai akhirnya kakiku membawaku ke sebuah tempat asing tapi memeluk: Terjun Waimaga. Anginnya bertiup sejuk seperti kipas alam yang membelai kulitku. Hari itu cerah, ta...

Mencicipi Keringat Orang Tua

Gambar
Kerja untuk hidup dan hidup untuk kerja  *Yulianus Kebadabi Kadepa 169 tahun yang lalu dia orang asing dari negeri Jerman menyanggupi panggilan Tuhan untuk berlayar ke “Timur”, suatu tempat baru di mana penghuninya saat itu masih hidup dalam kesahajaan semesta yang elok. Kedua orang asing ini adalah Otto dan Geissler, dua misionaris zending yang pertama kali injakan kaki di pulau mansinam pada 5 Februari 1855. Banyak orang punya kebiasaannya sendiri-sendiri dalam mempringati hari raya ini. Ada yang buat doa bersama dan drama sekedar bernostalgia ke masa lalu, ada juga yang mengunjungi monumen bersejarah di pulau Mansinam untuk menghirup kembali daya injili yang di bawah oleh Otto Geissler, dan masih banyak lagi rupawan kegiatan yang bisa kita jumpai. Saya sendiri hari ini memutuskan untuk “mencicipi keringat kedua orangtuaku” di kampung, yaitu pergi ke kebun untuk memanen hasil, membuka lahan baru dan menanam sayur serta beberapa umbian. Hari ini ketika fajar timur merekah di pe...

Kehidupan Kesederhanaan: Mencari Kebenaran Lewat Hati yang Tenang

Gambar
  Anikidi Oleh: Yulianus Kebadabi Kadepa  Hidup yang sederhana memberi kita waktu untuk merenung, dan dalam perenungan kita itulah kebenaran ditemukan. Kehidupan yang sederhana sering kali dianggap sebagai hidup yang kurang, padahal justru di dalam kesederhanaanlah kita bisa menemukan kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan yang sesungguhnya.  Ketika kita hidup dengan apa adanya tanpa terlalu mengejar materi (harta benda di dunia) atau status hati kita menjadi lebih tenang dan lapang. Dalam keadaan seperti ini, kebenaran bukan lagi sesuatu yang perlu kita cari-cari di luar diri kita masing-masing, tetapi lebih kepada sesuatu yang bisa kita rasakan dan temukan dalam ketenangan hati. Kesederhanaan membawa ketenangan, dan ketenangan membawa kebenaran. Hidup sederhana, hati tenang, hidup damai dalam kehidupan kita sehari-hari, akan membawa hidup dan kehidupan yang lebih baik daripada mencari kekayaan sampai sesat di jalan. Hidup yang sederhana mengajarkan kita untuk fokus p...

Rencana Tuhan Pasti Indah pada Waktunya

Gambar
Moments ujian skripsi  Oleh Yulianus Kebadabi Kadepa  Hari ini, Rabu, 30 Maret 2025, menjadi momen bersejarah dan penuh makna ketika Frater Martinus Degeuwobou Tenouye berhasil menyelesaikan skripsinya yang berjudul “ Ekaristi sebagai Pusat Spiritualitas Kehidupan Imam: Suatu Implikasi bagi Kehidupan Imam Projo di Keuskupan Timika.”    Sebuah capaian yang bukan hanya menunjukkan kedalaman intelektual, tetapi juga komitmen rohani dalam menanggapi panggilan hidup imamat. sikrupsi ini dibimbing oleh Pater Tarsi Lengari, OFM sebagai penguji pertama dan dosen pembimbing, sedangkan penguji ujian skripsi oleh Pater Martin Selatan, Pr. dan Pater Gonsa, OFM. Momen ini sungguh menegaskan bahwa “ Rencana Tuhan pasti indah pada waktunya.” Dalam setiap langkah, tantangan, dan keraguan yang mungkin dialami Frater Martinus selama menulis skripsi ini, Tuhan tetap hadir, membimbing, dan memberikan kekuatan hingga akhirnya tiba pada hari yang diberkati ini. Tidak ada waktu yang sia-s...

Opini Angkat Pena Demi Dialog Papua

Gambar
 ( Refleksi Atas Perjuangan Pater Neles Tebay) Oleh: Yulianus Kebadabi Kadepa Mengangkat pena merupakan sebagai tongkat hidup manusia untuk mencari jalan keluar dari permasalahan diatas Tanah Papua. Dengan mengangkat pena untuk menyuarakan suara kebenaran akan cinta tanah air kami di atas Tanah Papua kepada kolonialisme. Kata lain dari dialog adalah sebuah bentuk komunikasi antara sesama manusia, maupun manusia dengan ciptaan lain, untuk lebih saling memahami. Manusia adalah makhluk individual, sekaligus makhluk sosial yang mengambil bagian dalam seluruh kehidupan. Dalam bukunya yang setebal 273 almarhum Pastor Dr. Neles kebadabi Tebay dengan berjudul, Angkat Pena Demi Dialog Papua: Kumpulan Artikel Opini tentang Dialog Jakarta-Papua Tahun 2001-2011 (2012). Di sana Pater Neles menegaskan konsep dialog damai itu dengan sebuah ungkapan yang khas Mari Kitong Duduk Bicara Dulu. Kata-kata anumerta ini pun dapat kita jumpai pada Makam yang terletak tepat di jantung Sekolah Tinggi Filsafa...

Puisi: Di Pantai Perempuan

Gambar
  Di Pantai Hamai  Oleh: Yulianus Kebadabi Kadepa  Aku berpuisi untukmu Di pantai perempuan ini menjadi saksi bisu  Di pantai ini adalah Pantai Hamai  Di tengah hutan yang ada di kota Jayapura  Di pantai yang indah ini Aku melihatmu berdiri Dengan angin yang berhembus lembut Dan matahari yang bersinar cerah. Di pantai yang ramai ini Aku mendengar suaramu Yang berbicara tentang cinta dan impian, Dan membuatku merasa bahagia dan sejahtera. Oh, perempuan cantik di pantai, Aku jatuh cinta padamu, Dengan keindahanmu yang tak terhingga, Dan dengan senyummu yang membuatku bahagia.

MENYAKRALKAN WAKTU DI AREA SERBA CEPAT

Gambar
(Refleksi Singkat “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3:1) Enikidi Oleh: Yulianus Kebadabi Kadepa Waktu adalah karunia dari Tuhan bukan sekadar angka di jam dinding, melainkan titipan suci yang harus dijaga. Dalam kitab-kitab suci, waktu sering disebut sebagai bagian dari rencana Ilahi, tempat di mana manusia diuji, diperbaiki, dan didewasakan. Oleh karena itu, menyia-nyiakan waktu sama halnya dengan mengabaikan anugerah Tuhan. Di zaman yang bergerak begitu cepat, manusia sering kali kehilangan kesadaran akan makna waktu. Kita terburu-buru, mengejar pencapaian, dan lupa bahwa waktu adalah ciptaan Tuhan-bukan sekadar alat produksi, tetapi ruang kudus tempat kita bertemu dengan-Nya dalam hidup sehari-hari. “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3:1) Kitab Suci ini mengajarkan dan merenungkan lebih dalam lagi bahwa setiap waktu memiliki makna spiritual. Ada waktu untuk bekerja, ada...