MENYAKRALKAN WAKTU DI AREA SERBA CEPAT
Enikidi
Waktu adalah karunia dari Tuhan bukan sekadar angka di jam dinding, melainkan titipan suci yang harus dijaga. Dalam kitab-kitab suci, waktu sering disebut sebagai bagian dari rencana Ilahi, tempat di mana manusia diuji, diperbaiki, dan didewasakan. Oleh karena itu, menyia-nyiakan waktu sama halnya dengan mengabaikan anugerah Tuhan.
Di zaman yang bergerak begitu cepat, manusia sering kali kehilangan kesadaran akan makna waktu. Kita terburu-buru, mengejar pencapaian, dan lupa bahwa waktu adalah ciptaan Tuhan-bukan sekadar alat produksi, tetapi ruang kudus tempat kita bertemu dengan-Nya dalam hidup sehari-hari.
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3:1) Kitab Suci ini mengajarkan dan merenungkan lebih dalam lagi bahwa setiap waktu memiliki makna spiritual. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk beristirahat, dan ada waktu untuk berdoa. Dalam keheningan, Tuhan berbicara. Dalam jeda, Ia menyentuh hati.
Di era yang serba cepat ini, kita mudah larut dalam kesibukan dan rutinitas yang tampaknya penting, tapi jauh dari nilai kekal. Kita bangun pagi dengan tergesa, bekerja tanpa jeda, dan tidur tanpa sempat berdoa. Padahal, setiap momen adalah kesempatan untuk menyembah, bersyukur, dan hadir sepenuhnya dalam kasih Tuhan.
Yesus sendiri tidak hidup tergesa-gesa. Ia sering menarik diri ke tempat sunyi untuk berdoa (lih. Lukas 5:16), menunjukkan dan memberikan teladan bagi manusia bahwa waktu tidak hanya untuk beraktivitas, tapi juga untuk membangun relasi yang intim dengan Allah. Kita dipanggil untuk mengikuti jejak-Nya mengatur waktu bukan hanya demi produktivitas, tapi demi kesucian hidup.
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:12).
Menyakralkan waktu berarti mengisinya dengan amal, ibadah, doa, dan kasih. Bukan berarti kita meninggalkan dunia, tetapi kita menjadikan dunia ini tempat beribadah lewat pekerjaan yang jujur, pertemanan yang tulus, dan pilihan hidup yang berlandaskan iman.
Menyakralkan waktu berarti menggunakannya untuk kebaikan, kasih, dan pertumbuhan rohani. Setiap momen menjadi altar di mana kita bisa mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan melalui pekerjaan, keluarga, pelayanan, dan doa.
Tuhan tidak hanya hadir di tempat suci Dia hadir di setiap detik yang kita persembahkan untuk kebaikan. Tuhan hadir dalam waktu. Maka jangan hanya berlomba dengan detik bertemulah dengan Dia di dalamnya.
Dengan demikian, jangan biarkan waktu berlalu tanpa makna. Hadirkan Tuhan dalam aktivitas sehari-hari. Hening sejenak bukanlah kelemahan, tapi bentuk hormat kepada Sang Pemberi Waktu. Karena waktu adalah suci. Dan menyakralkan waktu adalah bentuk tertinggi dari ketaatan manusia itu sendiri.
Wisma Tiga Raja Timika
Komentar
Posting Komentar