USKUP TIMIKA SIKAPI KONFLIK PAPUA: SERUAN DAMAI DARI TANAH LUKA
(Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, O.S.A: Suara Gembala di Tengah Derita Umat)
Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa
Konflik berkepanjangan di Papua telah melahirkan luka kemanusiaan yang mendalam dan ratusan warga sipil kehilangan nyawa, ribuan mengungsi, dan rasa takut menyelimuti tanah yang seharusnya penuh harapan. Dalam konteks inilah, Uskup Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, O.S.A., tampil sebagai suara profetik, menyerukan perdamaian sejati melalui jalan dialog dan keterlibatan semua pihak.
Suara Gereja Harus Tetap Menyala di Tengah Gelapnya Kekerasan
Seruan Uskup Bernardus agar semua pihak baik itu pemerintah, TNI/Polri, kelompok bersenjata, masyarakat sipil, dan tokoh adat hak duduk bersama dalam dialog terbuka adalah refleksi nilai-nilai Injil yang menekankan rekonsiliasi dan keadilan. Dalam dunia yang sering kali lebih cepat mengangkat senjata ketimbang merentangkan tangan, panggilan Uskup ini mengingatkan bahwa jalan damai tidak pernah usang dan justru menjadi satu-satunya jalan yang benar untuk menyelamatkan masa depan Papua.
Sebagai seorang pemimpin yang lahir dari tanah Papua sendiri, Mgr. Bernardus membawa suara otentik dari dalam, bukan dari menara gading kekuasaan. Ia memahami derita rakyatnya bukan dari laporan tertulis, tetapi dari tangisan umat yang ia gembalakan.
Saatnya Mendengar dan Bertindak
Gereja tidak bisa diam ketika kehidupan manusia diinjak-injak. Uskup Bernardus telah membuka ruang moral untuk berdialog, namun tanggung jawab utama kini terletak pada para pengambil kebijakan dan pelaku konflik. Seruan ini seharusnya menjadi panggilan alam bagi negara bahwa pendekatan kekerasan tidak akan menyelesaikan persoalan Papua.
Sudah waktunya Indonesia dan sebagai negara yang menjunjung Pancasila dan nilai kemanusiaan yang melangkah lebih jauh untuk membuka forum dialog inklusif dan independen, melibatkan tokoh-tokoh gereja, adat, dan masyarakat sipil Papua. Damai bukan sekadar absen dari tembakan, tapi hadirnya keadilan, pengakuan, dan penghormatan terhadap martabat manusia.
Membangun Papua dengan Kasih, Bukan Senjata
Seruan damai dari Uskup Bernardus adalah cermin harapan bahwa Papua masih bisa diselamatkan dan bukan dengan senjata, tetapi dengan kasih dan keberanian untuk berdialog. Gereja tetap berdiri di tengah rakyat, menjadi suara bagi yang tak terdengar, menjadi cahaya bagi mereka yang berada dalam kegelapan konflik. Semoga seruan ini tidak menjadi angin lalu, tetapi panggilan untuk tindakan nyata demi Papua yang damai, adil, dan manusiawi.
Komentar
Posting Komentar