Peran Rohani Pastor Yance Wadogouby Yogi sebagai Pilar Harapan di Tengah Konflik Intan Jaya

 

Aita Pater Yance Wadogouby Yogi, Pr 


Oleh: Yulianus Kebadabi kadepa 

Di tengah kabut ketidakpastian dan kekerasan yang terus membayangi Kabupaten Intan Jaya, Papua, harapan tak sepenuhnya padam. Ketegangan akibat konflik bersenjata yang berkepanjangan memang telah melukai banyak hati dan merusak banyak sendi kehidupan sosial. Namun, di tengah suasana suram tersebut, cahaya terang muncul melalui figur-figur pemersatu yang tetap konsisten hadir untuk rakyat. Salah satunya adalah Pastor Yance Wadogouby Yogi yang adalah Dekan Deket Moni Puncak Jaya 

Kehadiran Pastor Yance dalam kegiatan kemping rohani yang dilaksanakan di Paroki St. Michael Bilogai, bersama Bupati Intan Jaya, Aner Maisini, bukan sekadar simbolik. Ia adalah aksi nyata sebagai Imam, Nabi, dan Raja sebuah bentuk pelayanan dan kepedulian yang melampaui rutinitas keagamaan. Kegiatan ini memperlihatkan bagaimana tokoh agama dapat menjadi penjaga nurani dan penyembuh luka batin masyarakat yang hidup di tengah konflik.

Rohani sebagai Sumber Kekuatan

Kegiatan kemping rohani itu telah memberikan ruang bagi masyarakat dan umat beriman untuk beristirahat sejenak dari ketegangan, menyatukan hati dalam doa, dan memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan serta sesama. Dalam konteks seperti Intan Jaya, spiritualitas bukan hanya soal agama; ia menjadi kebutuhan mendesak yang menyelamatkan jiwa.

Pastor Wadogouby tidak datang sebagai seorang pemuka agama yang sekadar menyampaikan khotbah. Ia hadir sebagai pelayan yang berjalan bersama umat, mendengarkan keluhan umatnya, mendoakan mereka, dan memulihkan harapan mereka. Dalam setiap doa dan renungan yang dipanjatkan, terselip harapan akan kedamaian, pengampunan, dan kehidupan yang lebih bermartabat.

Kolaborasi Pemerintah dan Gereja: Langkah Strategis

Kehadiran Bupati Aner Maisini dalam kegiatan ini menandakan komitmen pemerintah daerah untuk membangun keharmonisan dengan pendekatan kemanusiaan. Pemerintah yang sadar bahwa penyembuhan luka masyarakat tidak cukup dengan kebijakan dan bantuan logistik semata, tetapi juga melalui pendekatan spiritual dan emosional.

Kerjasama ini menjadi penting karena menunjukkan bahwa pembangunan masyarakat Papua Intan Jaya terutama di daerah konflik harus bersifat holistik. Di sinilah kita melihat potret sinergi ideal antara nilai-nilai rohani dan tanggung jawab sosial-pemerintahan.

Dampak Positif yang Terus Bergema

Beberapa dampak positif dari kegiatan ini sangat relevan dalam konteks pembangunan perdamaian: pertama, Meningkatkan kesadaran spiritual Umat beriman agar tetap teguh di tengah krisis dan konflik berkepanjangan, kedua Membangun rasa persaudaraan dan persatuan, meruntuhkan sekat-sekat curiga dan luka lama antar warga, ketiga Menghadirkan penghiburan dan pemulihan psikologis, terutama bagi mereka yang kehilangan harapan, mengungsi dan konflik, keempat Menjadi bukti konkret komitmen dan sinergi antara pemuka agama dan pemerintah dalam mengupayakan masa depan yang damai dan bermartabat.

Harapan di Tengah Luka

Kegiatan seperti ini layak untuk terus digalakkan, bahkan ditiru oleh daerah-daerah lain yang juga menghadapi konflik serupa. Spiritualitas yang inklusif, ditopang oleh kepemimpinan yang melayani, akan menjadi fondasi bagi masyarakat untuk bangkit dan berjalan bersama menuju masa depan yang lebih damai.

Pastor Yance Wadogouby Yogi telah menunjukkan bahwa kehadiran seorang pemuka rohani tidak hanya penting dalam gereja, tetapi juga di lapangan yang di tengah masyarakat yang sedang terluka. Ia membawa bukan hanya pesan-pesan ilahi, tapi juga pelukan dan penguatan di saat masyarakat sangat membutuhkannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pastor Yance Wadogouby Yogi Memiliki Imam, Nabi, dan Raja di Jantung Papua yang Berdarah di Intan Jaya

Rencana Tuhan Pasti Indah pada Waktunya

Pater Yance Yogi Memiliki Keberanian