Tanggung Jawab Bersama: Biara PRR, Pengungsi Intan Jaya, dan Peran Pemerintah Provinsi Papua Tengah
![]() |
Susteran PRR, di Arso 6 Oleh Yulianus Kebadabi Kadepa |
Di tengah luka panjang konflik yang belum sepenuhnya usai di Intan Jaya, hadir seberkas cahaya dari sebuah tempat yakni Biara Susteran PRR di Arso 6. Biara ini tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga rumah kasih dan perlindungan bagi anak-anak pengungsi yang kehilangan rasa aman dan arah hidup. Mereka datang membawa luka, kehilangan rumah, keluarga, bahkan masa kecil yang semestinya diisi dengan keceriaan. Di tengah ketidakpastian, biara ini menjadi pelukan hangat yang menyelamatkan. Di sinilah, peran kemanusiaan dijalankan dengan kesederhanaan namun penuh cinta.
Susteran PRR bukanlah lembaga pemerintah. Ia tidak memiliki anggaran besar atau fasilitas mewah. Namun yang dimilikinya adalah hati yang terbuka dan kepedulian tanpa batas. Para suster Dengan buka hati merawat anak-anak Papua yang ditindas dan menganggap mereka sebagai keluarga sendiri, meski mereka sendiri menghadapi kekurangan: bahan makanan (bama) terbatas, air bersih tidak mencukupi, gedung yang tidak layak, serta kekurangan perlengkapan untuk makan dan minum.
Melihat kenyataan ini, Pemerintah Provinsi Papua Tengah menyatakan harapannya agar ada dukungan lebih nyata dari berbagai pihak. Tentu, peran pemerintah sangat penting, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar dan pembangunan infrastruktur pendukung. Namun, krisis kemanusiaan ini tidak hanya membebankan pada satu pihak saja.
Inilah saatnya kita bicara tentang tanggung jawab bersama. Pengungsi bukan sekadar angka dalam laporan tahunan. Mereka adalah manusia, dan anak-anak adalah kelompok paling rentan. Pemerintah, lembaga agama, organisasi kemanusiaan, dunia usaha, dan masyarakat luas untuk semua punya bagian untuk memainkan peran.
Refleksi penting yang harus kita renungkan adalah, Apakah kita hanya melihat saja dari penderitaan yang sedang berlangsung ini? Ataukah kita hanya memilih menjadi bagian dari solusi, sekecil apa pun kontribusi kita?
Biara PRR menjadi contoh bagi banyak orang dengan cinta besar mereka melayani anak -anak Papua yang mengungsi. Mereka menunjukkan bahwa kasih dan cinta tidak perlu menunggu sumber daya besar, melainkan memulai dengan apa yang ada. Maka, mari kita membantu melanjutkan langkah mereka dengan kemampuan kita yang luar biasa. Karena anak-anak pengungsi bukan beban, mereka adalah masa depan. Dan masa depan itu pantas diperjuangkan bersama.
Wisma Tiga Raja Timika
Komentar
Posting Komentar