(Hidup Bersama, Mati Bersama Dengan Umat-nya Sendiri)
*Yulianus kebadabi Kadepa
Setelah ditabhiskan menjadi imam, Pastor Yance Yogi ditugaskan oleh Alm. Usukup John Pilip Saklil di Titigi-Intan Jaya, sebuah wilaya baru di Intan Jaya, sebuah tantangan pastoral bagi Pastor Yance di daerah misi baru yang juga rawan konflik, keadaan seperti itu pastor mengajak umat untuk bercerita tentang hidup dan kehidupan mereka pada tanggal 16 April 2023. Saat menghibur masyarakat dalam keadaan trauma, takut mengungsi ke Ndugusiga dan beberapa kampung di Intan Jaya.
Intan Jaya, dalam situasi trauma mantan Kepala dinas DPMK Kabupaten Intan Jaya bapak Yoakim M Joani bersama Pastor Y W,Yogi beserta Tim penanganan Konflik Bersenjata, menghibur keluarga Di kampung Titigi Ndugusiga Yaindapa dan Sugapa Lama. Jalan menghibur, memberikan penguatan dan meringankan kaki masyarakat untuk tidak lagi takut dan bisa bergerak dari Kampung ke Kota dan dari Kampung ke Kampung dan lain lain kegiatan masyarakat.
Saat berikan arahan untuk masyarakat Yaintapa Tetap tenang aman. Saat berikan arahan masyarakat yang masih trauma dengan Konflik di Kampung Titigi. Duduk bersama dan mendengar arahan nasihat untung masyarakat Kampung Titigi dan Eknemba. Saat arahan ke masyarakat di kampung Titigi. Siasat di Sugapa Lama menghibur masyarakat Ndugusiga dan makan bersama saat masih trauma dengan Konflik bersenjata. Sugapa Lama di Distrik Hitadipa duduk bersama dan dengar pendapat masyarakat.
Saat memberikan arahan itu juga semua orang mengungsi, mendengarkan dengan baik karena Pastor Yace Yogi selama ini masih bersama dengan masyarakat sedangkan menghibur dalam keadaan trauma takut dan pengungsi itu pada saat seperti itu hadir baik hujan deras di Intan Jaya, hanya Pater Yance, Pater sebagai Dekan Dekenat Migani Puncak Jaya. Pastor Yance Yogi selalu tampil di depan dan pasan badan demi keselamatan domba gembalaannya.
Semua orang mengunsi ke Gereja dan hutan-hutan, kota tetangga. Kota Intan Jaya “Mati” hingga kini. Banyak korban yang berjatuhan baik kerusakan fasilitas maupun korban jiwa manusia. Banyak pengungsi yang mati sia-sia di tengah hutan. Yang menjadi harapan ialah dan hanyalah pertolongan Tuhan. Pertolongan Tuhan itu sangat nampak dari kehadilaran Gereja, khususnya Gereja Katolik dan petugas Gereja.
Pastor Yance dan Tim pastoral mempunyai andil yang besar dalam meredam bara konflik di Intan Jaya. Mereka berhasil memastikan agar umat yang adalah domba gembalaannya tetap hidup, kenyang, sehat, dan tidak trauma. Mereka menyeruhkan solidaritas kemanusiaan kepada Keuskupan-Keuskupan lainnya di Tanah Papua, dan semua Paroki di bawa Keuskupan Timika. Alhasil banyak juga pihak yang tersentuh memberih sumbangan solidaritas kemanusiaan dan selalu mendoakan umat-umat /orang-orang yang sedang mengungsi di Intan Jaya.
Sebab sebagai umat yang mayoritas beragama Kristen Protestan maupun katolik mereka merasa Pater Yance merupakan sosok titisan Allah yang diutus oleh Allah sendiri untuk menyelamatkan masyakarat kecil di Intan Jaya, beda dengan pendeta mereka yang pergi entah kemana meninggalkan mereka sendiri.
Penulis melihat dan merefleksikan geliat kenabian Pater Yance yang teramat berani turun tangan di medan konflik, mengankat mayat TNP-OPM maupun TNI-POLRI hingga jubah putihnya yang suci dan yang sudah diberkati itu berlumuran darah, maka sudah selayaknya perjuangan kenabian Pater Yance Yogi itu mesti diabadikan dengan penghargaan kemanusiaan yang terhormat pula. Ada beberapa alasan yang mendasar mengapa Pater Yance Yogi mesti dipromosikan oleh Gereja Katolik Indonesia, khususnya Keuskupan Timika untuk mendapatkan ‘Yap Thiem Hien”, lantaran dedikasinya yang mau hidup bersama mati bersama dengan umat-nya sebab;
Pertama, Sangat langka ada imam yang mau turun lapangan di “Medan Perang” dengan tangan kosong selain salib dan jubah putih yang berlumuran darah. Jika Pater Yance mau egois ia bisa saja lari ke keluarganya di Paniai atau duduk manis di dalam Pastoran sambil sesekali melihat umat di luar. Namun apa yang dibuat oleh Pater Yance teramat sangat berani, ia semacam “Kerasukan Roh Allah” selam konflik Intan Jaya. Di mana ada kejadian perang antara TNI-POLRI versus TPN-OPM ia selaluh hadir tepat waktu untuk mengevakkuasi korban dari keuda bela pihak. Bahwa ada roh Allah yang berkarya dalam diri Pater Yance Yogi dan kawan-kawannya di Intan Jaya untuk menyelamatkan umat Allah.
Kedua, refelksi Pater Yance Yogi atas passion-nya sebagai juru selamat selama menangani kasus Intan Jaya mesti diabadikan dalam bentuk Flim, Buku, dan didiskusikan di sekolah-sekolah pengkaderan pemimpin Gereja di tanah Papua lintas semua dedominasi Gereja; SFTF “Fajar Timur”, STPK St. Paulus Waena, STPK TOUYE Awedabi Deiyai, STTF Izak Samuel Kijne Jayapura, STT Otto-Gesler Nabire, dan Lembaga pembinaan calon pemipin lintas Agama lainnya di tanah Papua. Pengalaman pastor Yance Yogi ini bisa membekali dan perlu mempelajari, di sekolah-sekolah pastoral agar supaya seketika menjadi seorang pastoral memiliki keberanian di tengah konflik di atas tanah Papua ini. (*)
*) Penulis Adalah Mahasiswa STFT “Fajar Timur” Abepura-Papua. |
Komentar
Posting Komentar