Hidup di Dunia dengan Pikiran tentang Surga



Pikir tentang surga 

Oleh: Yulianus Kebadabi Kadepa 


Dunia tempat kita hidup saat ini penuh dengan gemerlap sekaligus godaan. Namun, di balik semua itu, manusia senantiasa merindukan kedamaian sejati, keadilan hakiki, dan cinta yang abadi dalam hal-hal yang oleh banyak orang dianggap sebagai gambaran dari “surga.” Tetapi, apakah surga hanya tempat yang dijanjikan setelah kehidupan ini? Ataukah kita bisa menciptakan “citra surga” di dunia melalui cara kita berpikir dan bertindak?

Filsuf Stoik, Marcus Aurelius, pernah berkata: "Kebahagiaan hidupmu tergantung pada kualitas pikiranmu." Jika kita memandang dunia dengan sikap syukur, cinta kasih, dan tanggung jawab moral, kita sedang membangun 'taman kecil' surga di hati kita. Hidup dengan pikiran tentang surga bukan berarti kita lari dari realita dunia, tetapi justru menjadikan nilai-nilai surgawi sebagai pedoman hidup: kasih, pengampunan, keadilan, dan ketulusan.

Immanuel Kant menyatakan bahwa, "Langit berbintang di atas saya dan hukum moral di dalam diri saya" adalah dua hal yang paling mengagumkan. Refleksi ini mengajarkan bahwa manusia diciptakan bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi untuk hidup dengan nilai-nilai yang lebih tinggi dari nilai yang memberi makna bukan hanya untuk dirinya, tapi juga bagi orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan yang menguji nurani. Saat memilih untuk jujur ketika mudah berbohong, saat memilih memberi ketika bisa menyimpan, saat memilih memaafkan ketika bisa membenci orang di sanalah surga mulai hidup dalam tindakan kita.

Albert Camus, seorang filsuf eksistensialis, berkata: "Di tengah musim dingin, aku menemukan bahwa di dalam diriku ada musim panas yang tak terkalahkan." Ini menggambarkan bahwa bahkan dalam dunia yang keras dan penuh penderitaan, manusia tetap bisa menyalakan cahaya, memberi harapan, dan menghadirkan keindahan.


Dengan demikian, Hidup di dunia dengan pikiran tentang surga bukanlah tentang menunggu surga datang, tapi tentang menjadi pembawa damai dan cahaya, di manapun kita berada. Kita mungkin tidak bisa mengubah dunia sepenuhnya, tapi kita bisa menjadi seseorang yang menanamkan benih-benih surga di bumi ini melalui pikiran yang murni, kata yang membangun, dan perbuatan yang tulus. Surga terletak dibawah kaki kedua orang tua.

Wisma Tiga Raja Timika 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pastor Yance Wadogouby Yogi Memiliki Imam, Nabi, dan Raja di Jantung Papua yang Berdarah di Intan Jaya

Rencana Tuhan Pasti Indah pada Waktunya

Pater Yance Yogi Memiliki Keberanian