Angkat Anak Panah Pena Untuk Papua Tanah Damai

 

Damai itu indah 



Oleh: Yulianus Kebadabi Kadepa

Panah yang lebih matang. Dalam hal ini juga kita harus mempersiapkan diri untuk melawan kolonial bersenjata melalui intelektual sipritual. Senjata yang orang Papua miliki adalah anak panah dalam arti lain adalah bolpen dan kertas untuk menulis ide tentang perdamaian bagi Papua.

Orang Papua dalam hal ini tidak bersiap dengan baik atau belum siap dengan matang berarti, ini pertanda buruk. Maka solusi yang terbaik adalah bahwa kita mesti mewarisi tradisi budaya intelektual dari seorang cendekiawan terkemuka bangsa Papua yang sudah berpulang ke Istana Sang Ilahi, yakni Pater Neles Kebadabi Tebay.

Dengan mengunakan metode Dialog Damai antara Jakarta Papua atau Papua Jakarta. Rekomendasi dialog ini kemudian diperjelas oleh koordinator JDP mendiang Pater Neles Tebay, dengan menuliskan konsep dan mekanismeny dengan buku yang berjudul Dialog Jakarta-Papua: Sebuah Perspektif (2009).

Anak Panah di Papua?

Anak panah merupakan salah satu senjata tajam yang berupa barang tajam, runcing pada ujungnya dan diberi bulu atau barang lain yang serupa pada pangkalnya berfungsi sebagai penjaga keseimbangan, dilepaskan dengan menggunakan busur.

Dalam tradisi budaya Papua ketika kita berburu harus mempersiapkan alat untuk anak panah dengan baik, ketika kita sampai di tempat berburu tidak terjadi apa-apa. Dalam hal ini juga tentunya saja masyarakat Papua memiliki anak panah sebagai simbol senjata dengan tujuan berburu di hutan.

Pada saat ditembakkan, anak panah hanya berada di tempat ia berada pada waktu tertentu dalam keadaan diam. Selanjutnya, ia berada juga di tempat lain yang berukuran sama, pada waktu lain dalam keadaan diam. Jadi kita sebagai orang asli Papua kita mestinya siap sedia untuk menyimpankan anak panah dengan baik sebelum musuh datang. Apakah gerak itu sama dengan rangkaian diam di tempat? Tidak. Jadi gerak itu tidak ada. Pertanyaan adalah apakah yang dinyatakan itu real atau tidak?

Latarbelakang, jiwa orang asli Papua itu sudah ada. Jiwa mempunyai beberapa bagian seperti akal dan hati. Akal bukanlah kertas putih. Akal memiliki ide atau konsep bawaan. Maka orang asli Papua menggunakan akal yang sehat untuk mempersiapkan diri, menuju Tanah Papua Damai.

Salah satu cara yang mesti kita melestarikan adalah berdialog antara Jakarta Papua dan Papua Jakarta supaya masalah yang sedang terjadi di Papua secara halus bisa diselesaikan dengan memakai akal yang sehat bukan untuk korban diatas korban.

Pengetahuan Filsafat.

Tugas filsafat, bukan memberi pengetahuan pada orang. Berkaitan dengan pengetahuan orang lain, Setiap orang sudah memiliki pengetahuan lahiriah. Karena itu, tugas filsafat adalah tugas kebidanan yakni membantu proses kelahiran pengetahuan akan cinta dan kebijaksanaan.

Dengan menyiapkan bukan anak panah yang mata tetapi kita juga harus menyiapkan pengetahuan filsafat yang lebih pada kebenaran dan keterciptaan di atas tanah Papua menjadi tanah damai.

Caranya adalah dialog. Dialog dilakukan dengan: megajukan pertanyaan umum atau tidak begitu penting; jawaban diparafrasekan, dianalisisi, dipertentangkan, dibedakan; pertanyaan diajukan lagi dengan model ini dstnya untuk mewujudkan cinta akan kebijaksanaan diatas tanah Papua menjadi tanah damai. Pada akhirnya orang sampai pada pertanyaan dan jawaban fundamental yang disadari oleh orang itu sendiri.

Karena penting untuk meminta pandangan orang, supaya tidak terjadi kekerasan di atas Tanah Papua ini, agar mengajukan pertanyaan tentang sesuatu yang orang ketahui secara damai di bumi maupun di surga. Orang diminta menyampaikan dalam sebuah pernyataan atau rumusan yang mesti bahwa tanah ini menjadi tanah damai. Pertanyaan ini disebabkan karena ia sadar ia tak tahu hal yang ditanyakan akan tetapi pertanyaan atas dasar demi mewujudkan “ di Bumi Seperti di Surga” diatas tanah Papua ini.

Mempersoalkan, merumuskan kembali apa yang dikatakan oleh orang. Ia kemudian mengajukan pertanyaaan yang lebih dalam, kritis serta pernyataan komparatif untuk memeriksa pernyataan pertama di atas, untuk mendapatkan kedamaian dan kesejahteraan diatas negeri Papua ini.
Persoalan di atas Tanah Papua ini yang dinyatakan dengan berbagai bahan dan keterangan dari berbagai tempat dan orang lain untuk menghantar kita pada sebuah fakta dan data konflik yang luas, mendalam dan lama. Penyimpulan defenitif atau defenisi. Pernyataan yang sudah diperiksa dan dibandingkan serta dikritisi dan disimpulkan dalam sebuah pengertian umum atau generalisasi di Papua.

Apa Pentingnya Keadilan dan Kedamaian Bagi Papua?

Keadilan dan kedamaian di atas tanah Papua ini adalah kepentingan orang yang lemah yang merasa ketakutan ketika mereka merasa tidak adil lalu mereka bersekongkol untuk membuat aturan yang melarang ketidakadilan.

Maka solusi yang terbaik adalah Dialog Damai demi keadilan dan kedamaian di atas Tanah Papua ini. Keadilan adalah perjuangan demi kepentingan orang banyak, yang memiliki martabat sekaligus bertanggung jawab terhadap keadilan itu sendiri, apakah selama kita melihat bahwa keadilan itu ditegakkan demi kepentingan bersama?

Bukankah setiap orang, berkehendak agar haknya tidak diambil? Lalu apakah keadilan itu berarti memberikan kepada tiap orang apa yang menjadi haknya?

Pencapaian, membongkar cara berpikir orang untuk sampai pada gagasan yang juga membuat orang merasa tidak tahu. Akhirnya, orang menjadi sadar akan ketidaktahuan dan menjadi makin bijak berpendapat dan makin membuka telinga, agar terhubung kedamaian itu sendiri.

Dengan demikian kita semua turut merasakan kejadian yang terjadi di atas Tanah Papua karena orang asli Papua belum mempersiapkan alat anak panah dengan baik dalam hal senjata sipritual dan pengetahuan untuk mengangkat bolpen dan kertas demi keselamatan masyarakat menuju Papua Tanah Damai.

Kalau kita siap angkat Panah Pena dan Kertas itu berarti kemungkinan untuk tidak terjadi masalah di atas Tanah Papua ini besar, sebaliknya jika kita tidak berani Angkat Panah Pena dan Kertas untuk berperang secara sehat dengan nalar cemerlang maka rentetan konflik dan lingkaran setan kekerasan itu tidak akan luput dari hadapan publik Papua seperti hari-hari ini. Mari Angkat Panah Pena untuk Dialog Jakarta-Papua menuju dermaga Papua Tanah Damai. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pastor Yance Wadogouby Yogi Memiliki Imam, Nabi, dan Raja di Jantung Papua yang Berdarah di Intan Jaya

Rencana Tuhan Pasti Indah pada Waktunya

Pater Yance Yogi Memiliki Keberanian